Rumah tinggal gadis tersebut mempunyai tetangga yang masing-masing satu di sebelah barat dan lainnya disebelah timur, dan secara kebetulan keduatetangga ini masing-masing juga mempunyai seorang putra yang masih perjaka, namun kondisi ekonomi kedua tetangga tersebut sungguh berbeda.
Tetangga yangdi sebelah timur adalah saudagar kaya, hartanya melimpah dan hidup bergelimang dengan kemewahan.
Sedangkan tetangga yang disebelah barat adalah keluarga yang miskin, makan dengan lauk pauk seadanya, berpakaianpun sangat sederhana, hidup dalam kondisi serba kekurangan.
Putra kedua tetangga ini juga kebetulan bertolak belakang antara satu denganlainnya, si perjaka tetangga yang disebelah timur, walaupun lahir dengan kondisi yang berkecukupan, namun wajah penampilannya sangat buruk, dan juga tidak memiliki kepandaian.
Sedangkan perjaka yang tinggal di sebelah barat, walaupun lahir dari keluarga miskin, namun berwajah tampan dan cukup berpendidikan.
Suatu hari, kedua tetangga tersebut datang secara bersamaan untuk melamar putri tetangga mereka yang cantik tersebut, kedua orang tua gadis tersebut jadi serba salah, karena sulit menjatuhkan pilihan, antara menerima lamaran lelaki kaya tapi buruk rupa dan tak berpendidikan ataukah memilih lelaki tampan yang berpendidikan? dalam keadaan bingung, akhirnya keputusan ini mereka serahkan kepada putri mereka.
Seketika itu, gadis putri mereka wajahnya menjadi merah padam, berapa kali ingin membuka mulutnya, tapi seakan apa yang ingin dikeluarkan tertahan dikerongkongan, setelah beberapa saat ditunggu, sepatah katapun tak juga keluar dari mulut gadis ini.
Kedua orang tua gadis tersebut mengira putri mereka sulit mengutarakan karena malu, lalu mereka memberikan saran: "Anakku, kalaupun kau malu untuk mengucapkannya, kau berikan saja tanda dengan menjulurkan tanganmu dari lengan baju, kalau kau senang dengan anak si juragan kaya, julurkan tanganmu yang sebelah kanan, jika kau memilih anak tetangga sebelah barat, julurkan tangan kirimu, sehingga kami mengetahui keinginanmu, namun semua itu terserah keputusanmu."
Dan sungguh tak disangka oleh kedua orang tuanya, baru selesai mereka berbicara, si gadis langsung menjulurkan kedua tangannya dan bahkan mengangkatnya tinggi-tinggi, kedua orang tua tersebut tak memahami maksud anak gadisnya ini, lalu serentak bertanya: "Apa yang kamu maksud dengan menjulurkan kedua tanganmu?"
Si gadis dengan tersipu malu mengatakan: "Biarlah aku rela makan di keluarga tetangga sebelah barat dan tidur di keluarga tetangga sebelah timur."
Jawaban ini sungguh membuat kedua orang tuanya sangat kecewa dan tak sanggup berkata apa-apa lagi.
Di kemudian hari, Idiom "Makan di Timur, Tidur di Barat" adalah melukiskan seorang yang rakus, tamak, tidak tahu malu dan hanya memilih yang menguntungkan dirinya saja.
No comments:
Post a Comment