Kita sering mendengar keluhan "Ah.. itu kan takdir!" atau "Ah..sudah nasib lah". Mungkin saja Anda juga sering mengeluh demikian.
Ini bukannya hal tidak baik.
Percaya atau tidak pada nasib dan takdir, semuanya tergantung pada setiap individu, tapi yang paling diinginkan oleh setiap orang ketika merasa bernasib tidak baik atau bernasib buruk, adalah mengubahnya menjadi nasib baik.
Tapi, apakah sungguh-sungguh ada cara untuk mengubah nasib seseorang?
Menurut kepercayaan tradisional bangsa Tionghoa, jawabannya adalah "ada".
Caranya sangat banyak, tapi yang paling efektif adalah melakukan kebajikan.
Berikut, kami kisahkan suatu cerita yang dikutip dari sebuah buku kuno berjudul "Hakekat Utama dan satu-satunya cara untuk memperbaiki nasib", yang mengisahkan bagaimana seseorang yang sebenarnya percaya akan takdir dalam kehidupan, akhirnya mampu dan sangat mahir mengubah nasibnya.
Ceritanya begini.
Pada zaman Dinasti Ming, ada seorang yang "pandai" memperbaiki nasib dirinya. Namanya Yuen Liao Fan.
Dengan cara tidak henti-hentinya melakukan kebajikan, ia telah mengubah nasibnya yang "berusia pendek", "tidak berketurunan", dan "tidak berpangkat tinggi", hingga kelak ia menjadi suri teladan bagi orang yang hendak memperbaiki nasib.
Yuen Liao Fan adalah orang Tiongkok Selatan.
Pada masa muda ia sangatlah miskin, nafkahnya didapat dari ketabiban.
Suatu hari ia pergi ke kuil Tse Yin She dimana ia bertemu dengan seorang yang sudah tua, yang bermarga Khong, yang berwajah luar biasa seperti dewa dan ternyata pandai nujum/meramal.
Lalu Yuen Liao Fan mengundang bapak tua ini ke rumahnya.
Pertama anggota keluarganya diramal, ternyata sangat tepat.
Barulah giliran dirinya sendiri.
Bapak Khong ini ternyata sedikitpun tidak ceroboh, ia meramalkan Yuen Liao Fan pada ujian di Kabupaten akan mendapat ranking ke 14, pada ujian di tingkat propinsi menduduki ranking ke 71, pada tingkat nasional menduduki ranking ke 9, namun ia hanya berpangkat kecil selama 3 tahun, sedangkan usianya akan berakhir pada hari ke 14 bulan ke delapan ketika ia mencapai umur 53 tahun dan tidak mempunyai anak.
Pada tahun kedua, semua tingkat ujian yang diramalkan ternyata tepat sekali.
Telah lewat lagi 20 tahun, semua yang baik maupun buruk yang diramalkan oleh pertapa Khong tidak ada yang meleset.
Karenanya Yuen Liao Fan sangat yakin dan percaya bahwa semua keberuntungan dan kenaasan dalam hidup manusia telah ditakdirkan, sedikitpun tidak dapat dipaksakan. Selanjutnya ia tidak lagi berilusi, segalanya ia pasrahkan pada nasibnya.
Tapi kemudian, terjadilah suatu peristiwa yang akhirnya mengubah pandangan dan kepercayaan Yuen.
Disebabkan suatu urusan penting, Yuen Liao Fan pergi ke gunung Lew Shia dekat Nan Jing, dimana ia bertemu dengan seorang rahib Yin Kun Tan She.
Beliau menjelaskan kepada Yuen tentang karma, diterangkan pula tentang prinsip "nasib, kusendiri yang buat; rezeki, kusendiri yang mohon."
Dan Beliau menganjurkan serta mendorong Yuen Liao Fan janganlah menjadi si "kerdil" yang pasrah pada nasib.
Setelah mendapatkan penjelasan dari Yin Kun Tan Sse, Yuen Liao Fan sadar akan dirinya.
Ia bertekad mengubah nasib buruknya, maka ia berlutut di hadapan Patung Buddha.
Dengan sujud ia mengakui semua kesalahannya dan berjanji akan mengubahnya, kemudian ia berjanji akan melakukan 3.000 buah kebajikan dan mohon kenaikan pangkat.
Selanjutnya ia mencatat semua kebajikan dan kejahatan yang dia lakukan.
Tidak sampai 2 tahun, walaupun 3.000 buah kebajikan belum tercapai, dia sudah mendapat kenaikan pangkat.
Sekarang fakta membuktikan bahwa ramalan pertapa Khong tidak lagi tepat.
Namun Yuen Liao Fan kurang tekun melakukan amalnya.
Setelah lewat 10 tahun, ke 3.000 buah amal kebajikan baru tercapai dan ia telah mendapat kenaikan pangkat lagi.
Hal ini telah menyadarkannya akan keuntungan memupuk dan melakukan kebajikan.
Karena itu ia bersumpah akan melakukan lagi amal kebajikan sebanyak 3.000 buah, mohon dikaruniai anak.
Dan benar, belum lagi setahun isterinya melahirkan seorang putera.
Isterinya pun sangat bijaksana, dengan rajin membantu suaminya menolong fakir miskin, atau melepaskan makhluk hidup, tiap hari rajin membaca Keng, meluaskan amal kebajikan, terkadang dalam satu hari bisa mencapai 10 buah amal kebajikan, sehingga 3.000 buah amal kebajikan tidak sampai 3 tahun telah terpenuhi.
Selanjutnya mereka meneruskan amal kebajikan hingga mencapai lebih dari sepuluh ribu buah kebajikan.
Tanpa memohon perpanjangan usia, ternyata usianya telah mencapai 74 tahun dan puteranya telah lulus sarjana, menjabat pangkat penting dalam propinsi.
Demikianlah kisah nyata Yuen Liao Fan yang berani bertobat dan dalam jangka panjang tidak berhenti melakukan amal kebajikan sehingga dapat mengubah "nasib nuruk" yang telah ditakdirkan.
Ini merupakan cermin bagi orang-orang masa kini dan selanjutnya untuk mempelajari tentang "nasib", sekaligus membuktikan bahwa dengan rajin melakukan kebajikan dapat menciptakan nasib baru bagi dirinya sendiri.
(radio taiwan internasional/indonesia)
No comments:
Post a Comment