Tahun ini adalah tahun invasi band-band dalam industri musik (pop) Indonesia. Sayangnya, sebagian besar justru terjebak dalam keseragaman. Kulminasinya adalah mencuatnya "inflasi" musik pop hingga penikmat musik mengalami kesukaran membedakan antara satu band dan band yang lain.
Hal itu mengingatkan kita pada dasawarsa 1970-an, yang juga disesaki banyaknya band setelah keran yang dibuka Koes Plus mengalir deras. Saat itu, keseragaman identitas pun terjadi, baik dari struktur penulisan lagu maupun lirik. Remy Silado sempat melontarkan kritik bahwa lagu-lagu pop (band) saat itu sarat dengan kata "mengapa" yang menteror kuping.
[Read More]
No comments:
Post a Comment