Wednesday, October 26, 2005

Urip Iku Mung Sak Dermo Ngombe

Hidup itu cuma sekadar minum.
Amat sangat singkat.
Ibarat air baru membasahi tenggorokan, eh, sudah selesai. Tamat.

Berulang kali Ayah dan Nenek mengingatkan saya. "Hati-hati Le, urip iku mung sak watoro, cuma sebentar,'' kata Nenek, penuhkasih.
Sebagai manusia, diingatkan agar tidak dengki atau iri melihat keberuntungan orang lain.
Sebab, kemampuan, kodrat, keadaan, dan keberadaan masing-masing orang itu berbeda.
Ada lagi watak dahwenatau senang mencela orang lain, atau panasten alias senang menghalangi sukses orang lain.

Dalam pupuh durma disebutkan, jangan terlalu banyak makan dan tidur,agar bisa mengurangi nafsu yang menyala-nyala.
Kebenaran, kesalahan, keburukan, kebaikan, dan keberuntungan itu berasal dari perilaku kita sendiri.


Untuk itu, tak usah memuji diri sendiri, dan jangan suka mencela orang lain.
Ajining diri saka obahing lathi, seseorang itu dihargai karena ucapannya.

Dalam pupuh pucung diceritakan tentang pertengkaran sesama saudara yang bisa membawa sial.
Harus rukun. Juga adil.
Hargai dan pujilah --namun jangan berlebihan-- siapa saja yang rajin bekerja dan berprestasi. Sebaliknya, yang malas-malasan harus diingatkan, sebab kemalasan itu akan membawa nasib lebih buruk.
Di pupuh mijil diungkapkan, kita harus berwatak kesatria, berani bertanggung jawab atas semua perbuatan.
Tapi, sikap itu tak perlu ditonjol-tonjolkan.
Yang penting, malu berlaku curang.
Nah,pembangunan yang mengesampingkan dimensi budaya tersebut akan membawa masyarakat pada tiga kesalahpahaman umum, ''Yakni, tidak mengetahui,salah asumsi, dan salah penerapan.

''Pada serat Wedhatama, karya Raja Surakarta, Sri Mangkunegara IV (1809-1881), ditekankan bahwa manusia itu harus punya rasa pangrasa, punya kepekaan, tidak masa bodoh terhadap lingkungan.
Biasanya, orang yangkurang peka itu egoistis.
Kesadarannya untuk berbuat baik tidakberkembang, dan malah makin brengsek.

Nenek tak ingin jiwa dan pikiran saya liar hingga kejeblos ke alam duniawi saja.
Ia berharap saya mengutamakan ketenteraman jiwa dan hati.
Bukan jiwa yang gelisah, gaduh menyesakkan, yang diburu oleh dosa.