Salah satu dari kegiatan tersebut adalah ikut menikmati musik-musik mereka.
Belakangan, ternyata saya menemukan kesenangan tersendiri.
Sebagian lirik-lirik lagu kesenangan ABG ini, ternyata menggugah hati dan kalbu.
Salah satunya adalah lagu Boyzone dengan judul Every Day I Love You.Saya kira, kegiatan mencintai setiap hari tidak hanya menjadi monopoli anak muda semata.
Ia adalah fundamen paling dasar kehidupan setiap orang.
Bedanya hanya terletak pada siapa dan apa yang dicintai saja.
Anak muda mencintai pacar mereka.
Kita yang sudah dewasa memiliki banyak sekali orang maupun hal yang layak untuk dicintai.
Lebih-lebih bagi mereka yang hidup dengan the path of heart.
Apa saja yang lewat di depan mata layak dan perlu untuk dicintai.
Pohon yang rubuh layak untuk ditegakkan.
Puntung rokok yang dibuang sembarangan perlu dipindahkan ke tempatnya.
Keran air yang lupa dimatikan orang lain di tempat umum, tidak salah kalau dimatikan.
Orang tua yang naik bus umum amat sopan kalau diberi kesempatan duduk.
Memasuki sebuah pintu di tempat umum, akan lebih terhormat kalau memegangi pintu sambil mempersilahkan orang lain untuk lewat.Yang jelas, dengan sedikit kejernihan, hidup ini sebenarnya menghadirkan samudera dan langit luas tempat mengekspresikan cinta setiap saat.
Keliru kalau ada orang banggapan bahwa hidupnya miskin cinta.
Bagaimana bisa menyebut diri miskin cinta kalau setiap detik - sekali lagi setiap detik - hidup dalam samudera dan langit yang dipenuhi dengan cinta.Coba perhatikan lebih detail.
Udara yang kita hirup adalah buah cinta.Makanan yang kita makan juga hasil dari cinta tulus ibu pertiwi.
Air yang kita minum melalui siklus cinta tanpa pamrih.
Rumah yang kita tempati, mobil yang kita kendarai, jalan yang kita lalui semuanya adalah buah cinta.
Kita lahir dari Ibu dan Bapak yang sesedikit apapun pasti mengenal cinta.
Apa lagi rezeki, ia adalah bukti cinta Tuhan yang paling konkrit.
Benang merahnya, hidup dan kehidupan sebenarnya bergelimang cinta di mana-mana.Setiap bentuk unsur pembentuk hidup dan kehidupan sebenarnya mengandung cinta.
Demikian juga dengan badan dan jiwa kita.Tantangannya, karena badan dan jiwa ini kompleks dan terdiri dari banyak sekali unsur, maka ada kalanya cinta menjadi unsur yang memimpin, ada saatnya ia dipimpin oleh kekuatan lain.
Dinamika dalam diri, sebenarnya hasil tawar menawar antara cinta dengan unsur lainnya.
Sebagaimana tawar menawar lainnya, ada saatnya cinta menang, ada kalanya ia kalah.
Sehebat dan semurni apapun kehidupan seseorang, pasti saja pernah ditandai oleh tunduknya cinta pada kebencian misalnya.Persoalannya sekarang, bagaimana agar cinta bisa menjadi kekuatan yang lebih banyak menangnya dibandingkan dengan kalahnya ?
Anda boleh berargumen lain, namun bagi saya selama jantung masih berdetak, tubuh dan jiwa ini akan selalu ditandai oleh dinamika antara cinta dan bukan cinta.
Tidak akan pernah kita bisa membuat tubuh ini menjadi seratus persen cinta dan nol persen bukan cinta.
Keduanya akan senantiasa menjadi penghuni kehidupan selamanya.
Namun, sebagaimana pernah diyakini Confusius, kita bisa menempatkan cinta lebih banyak sebagai pemenang melalui kebiasaan-kebiasaan.
Sebab, diri ini mirip dengan tanah liat yang kita bentuk melalui kebiasaan-kebiasaan.Bertolak dari sini, membuat hidup yang bergelimang cinta setiap hari sebagaimana lagu Boyzone sebenarnya bukan tidak mungkin.
Ia mungkin dan bisa diwujudkan melalui kebiasaan-kebiasaan.
Dan setiap detik kehidupan sebenarnya kesempatan untuk mewujudkan hidup yang bergelimang cinta.Persoalannya hanya dua, segera memulainya dan lakukan dengan penuh keseriusan.
Tantangan dan godaan pasti akan hadir setiap saat dia mau datang.
Namun, tempatkan tantangan dan godaan tadi sebagai bagian untuk memperkuat cinta, bukan sebaliknya.Anda boleh menyebut kehidupan seperti ini seperti neraka, tetapi saya menyebutnya sebagai benih-benih tumbuhnya cinta.
Di mana bunga cinta yang indah dan harum, tidak tumbuh di atas bunga yang harum juga, melainkan tumbuh di atas tai sapi yang kerap berbau amat tidak sedap