Oleh : Arvan Pradiansyah
Suatu ketika terjadilah perdebatan antara seorang bijak dan seorang ateis. Supaya dapat memberikan manfaat bagi orang banyak, maka disepakatilah suatu hari di mana perdebatan itu akan dilangsungkan di alun-alun kota. Aturan mainnya cukup berat, yakni: siapa yang kalah harus rela dipenggal kepalanya.
Pada hari yang telah ditentukan, si ateis telah siap sejak pagi hari. Karena si bijak belum nampak juga, si ateis memulai pidatonya dengan mengemukakan semua argumennya untuk membuktikan bahwa Tuhan memang tidak ada. Ia pun mengatakan bahwa si bijak tak jadi datang karena takut kalah berdebat dan menghadapi hukuman penggal.
Namun menjelang tengah hari, si bijak hadir dengan tergopoh-gopoh. Ia dimaki oleh si ateis dari atas mimbar, ”Mengapa kamu terlambat?”
[read more]
No comments:
Post a Comment