Di hadapan istrinya, Presiden Franklin Delano Roosevelt pada suatu hari menerima seorang senator yang melaporkan suatu perkara kontroversial.
Sang Presiden mengangguk-angguk selama mendengarkan laporan tersebut, dengan sikap simpatik.
"Kau benar senator," jawabnya sesudah senator itu selesai melapor. "Ya, ya, kau benar."
Kemudian datang senator lain, yang juga melaporkan perkara tersebut, dengan sudut pandang dan cara penilaian sebaliknya.
Meskipun begitu, Sang Presiden tetap dengan sikap simpatik menjawab:
"Kau benar senator," katanya. "Kau benar...."
First Lady, yang tak sabar menyaksikan sikap suaminya, segera memprotes secara terus terang.
Baginya, kelihatannya kebenaran harus lebih diutamakan dalam menyikapi suatu persoalan dalam hidup, apa pun persoalan itu.
"Franklin, kau setuju pada kedua senator yang mengutarakan pandangan yang sangat bertentangan satu sama lain. Kau tidak boleh begitu."
Dan apa lagi jawab Sang Presiden kali ini? Dengan keteguhan hati seperti semula, ia menjawab:
"Kau benar sayang," katanya lembut. "Kau benar...."
Saya memperoleh cerita ini dari buku Mayor Jenderal Audrey Newman, "Ikuti Aku", seri I: Unsur Manusia Dalam Kepemimpinan.
Orang bijak memakai "topi" banyak.
Maksudnya ia berganti-ganti "topi", bukan untuk penyamaran, bukan pula tanda kemunafikan dan sikap mencla-mencle.
Topi, milik siapa pun, meneduhkan. Apalagi "topi" milik orang bijak: "topi" kearifan hidup.
[MORE]
No comments:
Post a Comment