Tuesday, October 11, 2005

Jangan Menilai Buku dari Sampulnya

Ada seorang laki-laki yang sedang memangkaskan rambutnya di sebuah rumah pangkas yang letaknya tak jauh dari kantornya.
Dari dinding kaca mereka melihat seorang anak kecil gelandangan yang sedang bermain berlompat-lompatan, berlari-larian di halaman perpakiran, persis di depan mereka.

"Itu Joko, dia anak paling bodoh sedunia," kata si pemangkas sambil terus bekerja.
"Apa iya?" Tanya laki-laki yang tampak perlente itu.
"Lihat saja, kalau tidak percaya....saya buktikan!"

Lalu si pemangkas rambut itu memanggil Joko.
Kemudian ia mengambil uang dari saku kemejanya.
Selembar uang 1.000-an dan selembar 5.000-an, dan menyodorkannya ke Joko.
"Ayo, kamu boleh ambil salah satu uang ini. Terserah kamu pilih yang mana."
Dengan cepat Joko mengambil lembaran uang 1.000-an.
Si pemangkas dengan perasaan benar dan menang kembali melakukan kerjanya dan berkata : "Benar kan, yang saya katakan tadi.
Joko itu anak paling bodoh yang pernah saya temui. Sudah tak terhitung berapa kali saja, saya melakukan tes seperti itu, dan ia selalu mengambil uang yang nilainya kecil."

Setelah laki-laki itu selesai memangkaskan rambutnya, dalam perjalanan menuju kantornya ia bertemu dengan Joko.
Merasa penasaran dengan apa yang ia lihat sebelumnya, iapun memanggil Joko lalu bertanya :" Joko, mengapa tadi waktu Pak Pemangkas menawarkan lembaran 1.000-an dan 5.000-an, saya lihat kamu mengambil yang 1.000-an bukan yang 5.000-an? 5.000-an kan nilainya lebih besar, lima kali lipat dari yang 1.000-an?"
Joko memandang wajah laki-laki itu seperti menyelidik, Joko tampak ragu-ragu untuk mengatakannya.
"Ayo beritahu saya , mengapa kamu ambil yang 1.000-an?" Desak laki-laki itu sambil tersenyum.
Akhirnya Joko berkata : " Kalau saya ambil yang 5.000-an, berarti permainannya akan selesai...."

Kata sebuah ungkapan :
Jangan menilai sebuah buku dari sampulnya.
Kisah di atas mungkin tidak sesuai dengan apa yang kita pikirkan, tapi setidaknya jangan menilai seseorang hanya dari penampilan luarnya. Penampilan terkadang menipu.