Saturday, October 29, 2005

Cintaku Padamu Teman

Sebagian merasa hidup ini tidak akan pernah mencapai maknanya tanpa kehadiran seorangpun teman.
Teman adalah orang-orang yang dicintainya dan yang mencintainya pula
Orang-orang yang dengan keluasan hati menerima dirinya apa adanya, tanpa bumbu dan banyak cela.
Menyayangi teman, sama sekali bukan berarti menafikan kecintaan kepada yang lain


Kecintaan kepada keluarga, kepada diri sendiri, sebab tiap-tiap jendela cinta memiliki ruangan tersendiri di hati yang tidak akan mampu disamakan dengan cinta-cinta lain
Yang kesemuanya tidak saling berhimpit tidak pula bersinggungan.
Namun tiap-tiap kecintaan mengisi bilik-bilik hati yang berbeda-beda.
Kesemua cinta hendaknya merupakan suatu refleksi cinta kepada Allah SWT.
Suatu pendaran keemasan dari keimanan, desiran sejuk angin kerinduan, dan deburan tegar ombak keistiqomahan.

Teman, bagiku kata itu adalah ungkapan kerinduan dan sejuta harapan.
Harapan untuk dapat saling menegur dan meneguhkan.
Membuang jauh-jauh kata perbedaan dan mencoba untuk mengawali segalanya dari kesamaan. Pada kata itu kutemukan hakikat hidup dan kehidupan, karena bersamanya aku menahan derita dan sengsara, gundah dan gulana, namun begitu manis terasa segala kerutan layar perjuangan karena Allah lah yang telah membuatnya.
Teman, bertemankan jiwa-jiwa yang ber-izzah mulia dan ghiroh menggelora, dengan segudang ide dan idealisme yang Robbani.
Meniti jembatan yang sama, dengan tekad yang serupa dan seragam kebesaran jiwa.
Bukan untuk sekedar menghabiskan sisa minuman kehidupan dunia, tapi hidup untuk sebuah cita yang takkan pernah kandas sia-sia.

Pantas saja jika Rosulullah mewasiatkan agar kita menjadikan mereka yang sholeh sebagai teman kepercayaan.
Ah teman, harus kita terima bahwa berteman bukan berarti untuk selalu bersama secara harfiah
Suatu saat pasti kita akan terpisah pula.
Menempati lini-lini berbeda di setiap sudut kehidupan, agar setiap insane dapat tersentuh cahayaNya